Strategi Dalam Membenahi Indonesia

0

Banyak hal dilakukan oleh seseorang demi terciptanya masa depan cerah dan hidup yang lebih indah. Seperti halnya orang tua yang memberikan fasilitas pendidikan yang baik dan layak -menurut mereka- pada anak turun mereka yang diharapkan akan menjadi anak turun yang lebih baik dari para sesepuhnya.

Begitu pula dengan berharapnya bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik dari waktu-waktu yang telah terlewati. Sangatlah mustahil dan sangat konyol apabila bangsa ini berharap menjadi bangsa yang bangsat dan lebih bangsat lagi dari hari kemarin. Dan bangsa ini berharap pada pemuda untuk membawa bangsa ini lebih. Tidak pada manusia yang ada dibangsa lain. Bangsa Indonesia berharap pada generasinya sendiri, generasi pemuda pribumi. Dan siap-siap atau tidak, pada suatu saat, generasi sekarang inilah yang akan mengendalikan laju bangsa Indonesia. Maka, amat sangat diharapkan generasi sekarang ini memiliki kompetensi dan ability yang mumpuni untuk mengatur laju kendali bangsa dimasa mendatang. Dan itu berlaku disegala lini.

Menurut saya pembenahan harusa dilakukan pada sikap dan tingkah laku para remaja dan pemuda –baca :pemuda- kita saat ini. Rasa ragu akan kemampuan generasi sekarang ini untuk memegang Indonesia dimasa mendatang tampaknya mulai merasuki otak-otak para tokoh bangsa, para sesepuh panduduk Indoensia, dan masyarakat yang berharap perbaikan bangsa indonesia. Bagaimana mungkin generasi sekarang yang hoby menyeleweng ini akan di amanahi memegang dan mengatur kendali bangsa. Sepertinya tidak mungkin, kecuali ada perubahan dari para pemuda yang semoga perlahan mulai sadar –dan semoga bisa dan cepat sadar- bahwa mereka dibutuhkan.

Perubahan dan pembenahan pada diri mereka pun harus dilakukan demi bekal dimasa mendatang. Dan inilah yang kini diinginkan oleh banyak kalangan yang mengerti, memahami, dan …… pada indonesia. Sangat diharapkan perubahan bisa dan cepat terjadi. Sebelum generasi sekarang benar-benar memegang kendali bangsa yang masih dalam keadaan labil karena para penghuninya yang belum juga sadar betapa berpengarunya pemikiran, sikap, dan perilaku mereka bagi Indonesia.

Sebagai manusia yang masih dalam keadaan potensial mencari ilmu dan memperluas wawasan. Pemuda negeri ini memanfaat kesempatan ini untuk suatu hal positif dimasa mendatang. Apalagi amanah mengendalikan bangsa sudah pasti akan turun kepada generasi muda saat ini.

Pengarahan yang benarlah yang kini dibutuhkan oleh seorang pemuda. Perlu ada yang menggandeng pemuda menuju jalur yang benar. Komunitas pertemanan antar pemuda yang tidak benar akan mendominasi sikap dan pemikiran mereka apabila semua element enggan untuk menggandeng jalan mereka yang sedang gencar-gencarnya dihantam badai ujian kehidupan. Perlu ada wadah yang tepat untuk mengoptimalkan potensi mereka. Hal ini untuk memberikan pengarahan yang benar dan menjauhkan dari pergaulan yang tak benar.

Pergaulan dan pertalian persahabatan yang tak tepat adalah faktor besar tercemarnya pemikiran dan sikap para pemuda. Apalagi bila mereka tidak memiliki tameng dan filter yang berkualitas untuk menghadang dan menyaring penyelewengan yang memang sudah seharusnya dibuang. Maka harus ada yang element –dari pihak apapun dan manapun- yang telah berpengalaman dan kompeten dalam mengarahkan potensi positif yang dimiliki pemuda.

Besarnya jumlah penyelewengan (melakukan tindakan-tindakan yang tidak dibenarkan oleh hukum apapun. Baik agama maupun negara) yang dilakukan oleh pemuda tidak mungkin dibiarkan berkembang dan tumbuh semakin besar. Maka pembenahan pada genenasi yang tak mudah ini harus segera dilakukan. Karena pasti akan butuh yang tak sebentar untuk adaptasi pemuda yang terlanjur tenggelam dalam samudera penyelewengan hidup.

Yang seharusnya benar-benar terjun langsung dan diharapkan kontribusi besarnya dalam pembenahan generasi sekarang ini adalah pemerintah bangsa Indonesia sendiri. Pemerintah memiliki kewajiban dan tanggungjawab besar atas masa depan pemuda dan masa depan bangsa Indonesia. Tindakan harus dilakukan untuk menanggulangi masalah yang menyangkut masa sekarang dan masa depan ini sesuai kewajiban dan tanggung jawab mereka sebagai pemerintah.

Tentu tidak semua pemuda masuk dalam golongan penyeleweng. Masih banyak pemuda yang patut diapresiasi kegigihan dan prestasi mereka dunia keilmuan –pendidikan- dan menjaga tingkah laku. Dalam dunia pendidikan yang formal yang menggunakan sandard kurikulum pemerintah, maupun non-formal yang lepas dari batasan kurikulum –materi bebas-. Pada pemuda yang berprestasi (bukan penyeleweng) –memulai start pembenahan hidup labih dulu- inilah, bangsa indonesia bisa berharap –lebih awal (berancang-ancang)- sedikitmenitipkan amanah masa depan bangsa yang lebih baik.

Dengan adanya kaum berprestasi ini maka sedikit sinar telah muncul mencerahkan masa depan bangsa. Yang ditakutkan adalah terjadinya kebodohan para penyeleweng yang enggan meninggalkan penyelewengan mereka dengan berpangku tangan pada pemuda yang telah lebih dulu memulai statr perbaikan masa depan.

Silat Kumango

0

Silat Kumango atau Silek Kumango adalah salah satu dari sepuluh aliran utama Silat di Minangkabau. Silat ini berasal dari Surau di Nagari Kumango, Kecamatan Sungai Tarok (saat ini diindonesiakan menjadi Sungai Tarab), Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Tarok sendiri adalah nama tumbuhan yang pada zaman dahulu seratnya dibuat untuk pakaian, ketika di zaman Jepang, pakaian dari serat tarok ini kembali populer dengan pepatah “ig ni san si roku , baju goni sarawa tarok” (satu dua tiga..enam, baju goni celana tarok). Aliran silat ini diberi nama menurut tempat asal silat ini pertama dirancang 

Silat Kumango menjadi harum dan tersohor sampai ke negeri Malaysia yang terkenal dengan Kuncian Kemanga.

Penyebaran Silek Kumango

  • Malaysia
  • Belanda
  • Kawasan lain di Indonesia

Penerimaan Anak Sasian (Murid)

Peminat yang bersungguh ingin belajar Silat Kumango, seperti halnya silat aliran lain di Minangkabau, akan ditanya, untuk apa belajar silat, pertanyaan ini perlu untuk meluruskan niat para calon murid agar kelak setelah menguasai silat, yang diistilah sebagai memiliki pisau tajam agar tidak sewenang-wenang kepada orang lain. Adapun syarat-syarat untuk belajar adalah membawa [3] :

  • Lado jo garam (Cabe atau Capsicum annum dan garam), ini mengandung makna kepandaian yang di peroleh haruslah pedasnya melebihi cabai dan asinnya melebihi garam.
  • Pisau maja (pisau tumpul), proses pembelajaran itu adalah bertujuan untuk menjadikan besi tumpul menjadi tajam dan bermanfaat. Tentu saja setelah tajam jangan digunakan sembarangan
  • Kain Kapan Putiah (kain kafan putih), ini bermakna kepasrahan diri pada sang kholik dan kesadaran bahwa padanyalah kita akan kembali, juga simbol dari kesucian.
  • Pinjaik jo banang (Jarum dan Benang), ini bermakna Hidup yang efisien dan tidak boros
  • Bareh sacupak (beras satu cupak), ini bermakna jangan upaya mandiri dan menyusahkan guru ketika hari pertama berlatih
  • Ayam batino (ayam betina) ini bermakna sebagai perbaikan gizi ketika berlatih, ayam di pelihara oleh guru dan telurnya di makan setelah berlatih

Materi Silek Kumango

Langkah

Seperti halnya Silat di Minangkabau, belajar melangkah adalah penting, jika cara melangkah ini masih tidak bagus, maka jurus atau buah yang akan diajarkan tidaklah akan tepat penggunaannya. Di dalam Silek Kumango, tetap dikenal dengan langkah, gelek dan balabek sebagai bagian inti dan karakter dasar dari Silat di Minangkabau. Silek Kumango memakai sistem langkah ampek di dalam bersilat dan filosofi silatnya. Sebagai sebuah aliran yang khas, Syech Kumango memasukkan napas Islam ke dalam gerak langkahnya, yang dikenal dengan langkah alif, lam, lam dan ha.

Jurus

Ada sebelah buah inti kumango atau bisa disebut sebagai jurus , yakni:

  • Ilak kida, terdiri dari ilak kida lua, ilak kida dalam
  • Ilak suok, terdiri dari ilak suok lua dan ilak suok dalam
  • Sambuik pisau
  • Rambah
  • Cancang
  • Ampang
  • Patah tabu
  • Lantak siku
  • Kabek
  • Sandang
  • Uncak tangguang
  • Uncak lapeh

Kaji Duduak

Kaji duduak atau silek duduak membahas aspek spiritual dari Silek Kumango. Silek Kumango berkaitan dengan Tarekat Samaniah dan Naqsabandiah, dengan demikian isi dari kaji duduak ini akan berhubungan dengan esensi dari pengajaran tarekat tersebut.

Ada semacam pepatah (ungkapan, jargon) di kalangan pengikut silek Kumango yakni manjago tali jan putuih, manjago raso jan ilang (menjaga tali jangan putus, menjaga rasa jangan hilang). Pepatah ini memiliki arti yang dalam dan berlapis di dalam ajaran Silek Kumango. Tertu saja ada beberapa variasi ungkapan yang senada dengan itu.

Gambar

Adat Perkawinan Minangkabau

0

Dalam tiap masyarakat dengan susunan kekerabatan bagaimanapun, perkawinan memerlukan penyesuaian dalam banyak hal. Perkawinan menimbulkan hubungan baru tidak saja antara pribadi yang bersangkutan, antara marapulai dan anak dara tetapi juga antara kedua keluarga. Latar belakang antara kedua keluarga bisa sangat berbeda baik asal-usul, kebiasaan hidup, pendidikan, tingkat sosial, tatakrama, bahasa dan lain sebagainya. Karena itu syarat utama yang harus dipenuhi dalam perkawinan, kesediaan dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dari masing-masing pihak. Pengenalan dan pendekatan untuk dapat mengenal watak masing-masing pribadi dan keluarganya penting sekali untuk memperoleh keserasian atau keharmonisan dalam pergaulan antara keluarga kelak kemudian. Perkawinan juga menuntut suatu tanggungjawab, antaranya menyangkut nafkah lahir dan batin, jaminan hidup dan tanggungjawab pendidikan anak-anak yang akan dilahirkan. Berpilin duanya antara adat dan agama Islam di Minangkabau membawa konsekwensi sendiri. Baik ketentuan adat, maupun ketentuan agama dalam mengatur hidup dan kehidupan masyarakat Minang, tidak dapat diabaikan khususnya dalam pelaksanaan perkawinan. Kedua aturan itu harus dipelajari dan dilaksanakan dengan cara serasi, seiring dan sejalan. Pelanggaran apalagi pendobrakan terhadap salah satu ketentuan adat maupun ketentuan agama Islam dalam masalah perkawinan, akan membawa konsekwensi yang pahit sepanjang hayat dan bahkan berkelanjutan dengan keturunan. Hukuman yang dijatuhkan masyarakat adat dan agama, walau tak pernah diundangkan sangat berat dan kadangkala jauh lebih berat dari pada hukuman yang dijatuhkan Pengadilan Agama maupun Pengadilan Negara. Hukuman itu tidak kentara dalam bentuk pengucilan dan pengasingan dari pergaulan masyarakat Minang. Karena itu dalam perkawinan orang Minang selalu berusaha memenuhi semua syarat perkawinan yang lazim di Minangkabau. Syarat-syarat itu menurut Fiony Sukmasari dalam bukunya Perkawinan Adat Minangkabau adalah sebagai berikut : Kedua calon mempelai harus beragama Islam.

* Kedua calon mempelai tidak sedarah atau tidak berasal dari suku yang sama, kecuali pesukuan itu berasal dari nagari atau luhak yang lain.
* Kedua calon mempelai dapat saling menghormati dan menghargai orang tua dan keluarga kedua belah pihak.
* Calon suami (marapulai) harus sudah mempunyai sumber penghasilan untuk dapat menjamin kehidupan keluarganya.

Perkawinan yang dilakukan tanpa memenuhi semua syarat diatas dianggap perkawinan sumbang, atau perkawinan yang tidak memenuhi syarat menurut adat Minang. Selain dari itu masih ada tatakrama dan upacara adat dan ketentuan agama Islam yang harus dipenuhi seperti tatakrama jopuik manjopuik, pinang meminang, batuka tando, akad nikah, baralek gadang, jalang manjalang dan sebagainya. Tatakrama dan upacara adat perkawinan inipun tak mungkin diremehkan karena semua orang Minang menganggap bahwa “Perkawinan itu sesuatu yang agung”, yang kini diyakini hanya “sekali” seumur hidup. (Sumber : Adat Minangkabau, Pola & Tujuan Hidup Orang Minang)

Adapun tata cara  adat perkawinan di mingkabau, antara lain :

1. MARESEK
 
Maresek merupakan penjajakan pertama sebagai permulaan dari rangkaian tata-cara pelaksanaan pernikahan. Sesuai dengan sistem kekerabatan di Minangkabau yaitu matrilineal, pihak keluarga wanita mendatangi pihak keluarga pria. Lazimnya pihak keluarga yang datang membawa buah tangan berupa kue atau buah-buahan. Pada awalnya beberapa wanita yang berpengalaman diutus untuk mencari tahu apakah pemuda yang dituju berminat untuk menikah dan cocok dengan si gadis. Prosesi bisa berlangsung beberapa kali perundingan sampai tercapai sebuah kesepakatan dari kedua belah pihak keluarga.
 
2. MAMINANG/BATIMBANG TANDO (BERTUKAR TANDA)
 
Keluarga calon mempelai wanita mendatangi keluarga calon mempelai pria untuk meminang. Bila pinangan diterima, maka akan berlanjut ke proses bertukar tanda sebagai simbol pengikat perjanjian dan tidak dapat diputuskan secara sepihak. Acara ini melibatkan orangtua, ninik mamak dan para sesepuh dari kedua belah pihak. Rombongan keluarga calon mempelai wanita datang membawa sirih pinang lengkap disusun dalam carano atau kampia (tas yang terbuat dari daun pandan) yang disuguhkan untuk dicicipi keluarga pihak pria. Selain itu juga membawa antaran kue-kue dan buah-buahan. Menyuguhkan sirih di awal pertemuan mengandung makna dan harapan. Bila ada kekurangan atau kejanggalan tidak akan menjadi gunjingan, serta hal-hal yang manis dalam pertemuan akan melekat dan diingat selamanya. Kemudian dilanjutkan dengan acara batimbang tando/batuka tando (bertukar tanda). Benda-benda yang dipertukarkan biasanya benda-benda pusaka seperti keris, kain adat, atau benda lain yang bernilai sejarah bagi keluarga. Selanjutnya berembuk soal tata cara penjemputan calon mempelai pria.
 
3. MAHANTA SIRIAH/MINTA IZIN
 
Calon mempelai pria mengabarkan dan mohon doa restu tentang rencana pernikahan kepada mamak-mamak-nya, saudara-saudara ayahnya, kakak-kakaknya yang telah berkeluarga dan para sesepuh yang dihormati. Hal yang sama dilakukan oleh calon mempelai wanita, diwakili oleh kerabat wanita yang sudah berkeluarga dengan cara mengantar sirih. Calon mempelai pria membawa selapah yang berisi daun nipah dan tembakau (sekarang digantikan dengan rokok). Sementara bagi keluarga calon mempelai wanita, untuk ritual ini mereka akan menyertakan sirih lengkap. Ritual ini ditujukan untuk memberitahukan dan mohon doa untuk rencana pernikahannya. Biasanya keluarga yang didatangi akan memberikan bantuan untuk ikut memikul beban dan biaya pernikahan sesuai kemampuan.
 
4. BABAKO-BABAKI
 
Pihak keluarga dari ayah calon mempelai wanita (disebut bako) ingin memperlihatkan kasih sayangnya dengan ikut memikul biaya sesuai kemampuan. Acara ini biasanya berlangsung beberapa hari sebelum acara akad nikah. Mereka datang membawa berbagai macam antaran. Perlengkapan yang disertakan biasanya berupa sirih lengkap (sebagai kepala adat), nasi kuning singgang ayam (makanan adat), barang-barang yang diperlukan calon mempelai wanita (seperangkat busana, perhiasan emas, lauk-pauk baik yang sudah dimasak maupun yang masih mentah, kue-kue dan sebagainya). Sesuai tradisi, calon mempelai wanita dijemput untuk dibawa ke rumah keluarga ayahnya. Kemudian para tetua memberi nasihat. Keesokan harinya, calon mempelai wanita diarak kembali ke rumahnya diiringi keluarga pihak ayah dengan membawa berbagai macam barang bantuan tadi.
 
5. MALAM BAINAI
bainai
Bainai berarti melekatkan tumbukan halus daun pacar merah atau daun inai ke kuku-kuku calon pengantin wanita. Lazimnya berlangsung malam hari sebelum akad nikah. Tradisi ini sebagai ungkapan kasih sayang dan doa restu dari para sesepuh keluarga mempelai wanita. Perlengkapan lain yang digunakan antara lain air yang berisi keharuman tujuh macam kembang, daun iani tumbuk, payung kuning, kain jajakan kuning, kain simpai, dan kursi untuk calon mempelai. Calon mempelai wanita dengan baju tokah dan bersunting rendah dibawa keluar dari kamar diapit kawan sebayanya. Acara mandi-mandi secara simbolik dengan memercikkan air harum tujuh jenis kembang oleh para sesepuh dan kedua orang tua. Selanjutnya, kuku-kuku calon mempelai wanita diberi inai.
 
6. MANJAPUIK MARAPULAI
Pekan-Budaya-Sumatera-Barat-1
Ini adalah acara adat yang paling penting dalam seluruh rangkaian acara perkawinan menurut adat Minangkabau. Calon pengantin pria dijemput dan dibawa ke rumah calon pengantin wanita untuk melangsungkan akad nikah. Prosesi ini juga dibarengi pemberian gelar pusaka kepada calon mempelai pria sebagai tanda sudah dewasa. Lazimnya pihak keluarga calon pengantin wanita harus membawa sirih lengkap dalam cerana yang menandakan kehadiran mereka yang penuh tata krama (beradat), pakaian pengantin pria lengkap, nasi kuning singgang ayam, lauk-pauk, kue-kue serta buah-buahan. Untuk daerah pesisir Sumatra Barat biasanya juga menyertakan payung kuning, tombak, pedang serta uang jemputan atau uang hilang. Rombongan utusan dari keluarga calon mempelai wanita menjemput calon mempelai pria sambil membawa perlengkapan. Setelah prosesi sambah-mayambah dan mengutarakan maksud kedatangan, barang-barang diserahkan. Calon pengantin pria beserta rombongan diarak menuju kediaman calon mempelai wanita.
 
7. PENYAMBUTAN DI RUMAH ANAK DARO
 
Tradisi menyambut kedatangan calon mempelai pria di rumah calon mempelai wanita lazimnya merupakan momen meriah dan besar. Diiringi bunyi musik tradisional khas Minang yakni talempong dan gandang tabuk, serta barisan Gelombang Adat timbal balik yang terdiri dari pemuda-pemuda berpakaian silat, serta disambut para dara berpakaian adat yang menyuguhkan sirih. Sirih dalam carano adat lengkap, payung kuning keemasan, beras kuning, kain jajakan putih merupakan perlengkapan yang biasanya digunakan. Keluarga mempelai wanita memayungi calon mempelai pria disambut dengan tari Gelombang Adat Timbal Balik. Berikutnya, barisan dara menyambut rombongan dengan persembahan sirih lengkap. Para sesepuh wanita menaburi calon pengantin pria dengan beras kuning. Sebelum memasuki pintu rumah, kaki calon mempelai pria diperciki air sebagai lambang mensucikan, lalu berjalan menapaki kain putih menuju ke tempat berlangsungnya akad.
 
8. TRADISI USAI AKAD NIKAH
 
Ada lima acara adat Minang yang lazim dilaksanakan setelah akad nikah. Yaitu memulang tanda, mengumumkan gelar pengantin pria, mengadu kening, mengeruk nasi kuning dan bermain coki.
 
  •   Mamulangkan Tando
Setelah resmi sebagai suami istri, maka tanda yang diberikan sebagai ikatan janji sewaktu lamaran dikembalikan oleh kedua belah pihak.
 
  •   Malewakan Gala Marapulai
Mengumumkan gelar untuk pengantin pria. Gelar ini sebagai tanda kehormatan dan kedewasaan yang disandang mempelai pria. Lazimnya diumumkan langsung oleh ninik mamak kaumnya.
 
  •   Balantuang Kaniang atau Mengadu Kening
Pasangan mempelai dipimpin oleh para sesepuh wanita menyentuhkan kening mereka satu sama lain. Kedua mempelai didudukkan saling berhadapan dan wajah keduanya dipisahkan dengan sebuah kipas, lalu kipas diturunkan secara perlahan. Setelah itu kening pengantin akan saling bersentuhan.
 
  •   Mangaruak Nasi Kuniang
Prosesi ini mengisyaratkan hubungan kerjasama antara suami isri harus selalu saling menahan diri dan melengkapi. Ritual diawali dengan kedua pengantin berebut mengambil daging ayam yang tersembunyi di dalam nasi kuning.
 
  •   Bamain Coki
Coki adalah permaian tradisional Ranah Minang. Yakni semacam permainan catur yang dilakukan oleh dua orang, papan permainan menyerupai halma. Permainan ini bermakna agar kedua mempelai bisa saling meluluhkan kekakuan dan egonya masing-masing agar tercipta kemesraan.