Flora dan fauna

0

Gambar

Palem Merah atau Pinang Merah (Cyrtostachys renda) yang kemudian ditetapkan menjadi flora maskot provinsi Jambi adalah tanaman hias. Dinamakan Palem merah lantaran pelepah pinang ini berwarna merah menyala. Dan lantaran warna merah pada pelepah daunnya itu Pinang Merah (Cyrtostachys renda) acapkali disebut Pinang Lipstik.

Sayangnya keberadaan pinang merah di habitat aslinya makin terancam lantaran eksploitasi besar-besaran untuk diperdagangkan sebagai tanaman hias. Palem ini pun termasuk salah satu dari 14 jenis palem yang dilindungi di Indonesia.

Selain disebut Palem Merah tanaman ini juga dikenal sebagai Pinang Merah dan Pinang Lipstik. Sedangkan dalam bahasa Inggris, flora identitas provinsi Jambi ini dikenal sebagai Lipstick PalmScarlet PalmSealing Wax PalmRed Palm, dan Sumatra Wax Palm. Dalam bahasa latin (ilmiah) tanaman ini disebut sebagai yang bersinonim Cyrtostachys renda Blume dengan Cyrtostachys lakka Becc. Areca erythrocarpa H.Wendl. Areca erythropoda Miq. Bentinckia renda (Blume) Mart. Pinanga purpurea Miq. Pinanga rubricaulis Linden, dan Ptychosperma coccinea Teijsm. & Binn.

Diskripsi dan Ciri Palem Merah tumbuh berumpun dengan tinggi berkisar antara 6-14 meter. Diameter batangnya ramping dan tidak terlalu besar. Daunnya berwarna hijau cemerlang, bersirip agak melengkung dengan anak-anak daun agak kaku. Ciri khas jenis palem ini adalah pelepah daunnya berwarna merah. Lantaran pelepahnya inilah palem ini dinamai.

Palem Merah tumbuh di daerah tropis tersebar di Indonesia (Sumatera dan Kalimantan), Malaysia, dan Thailand. Perbanyakan jenis palem ini bisa dilakukan dengan menggunakan biji ataupun dengan memisahkan anakan.

Manfaat dan Kegunaan. Palem Merah atau Pinang Merah biasa digunakan sebagai tanaman hias yang ditanam di pekarangan rumah. Bagi sebagian masyarakat Jambi, Pinang Merah dipercaya mempunyai khasiat ghaib dimana bila ditanam di depan rumah akan mampu menolak segala bentuk bala dan guna-guna yang ditujukan kepada penghuninya.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Liliopsida; Ordo: Arecales; Famili: Arecaceae; Genus: Cyrtostachys; Spesies: Cyrtostachys renda; Sinonim: lihat artikel.

(http://alamendah.org)

Gambar

 

Komodo, atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanus komodoensis), adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat ora.

Termasuk anggota famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera, komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil. Karena besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempatnya hidup.

Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka.

 (http://uniknya.com)

Corak batik yang memiliki makna

0

Gambar

 

Terdapat banyak sekali jenis motif batik yang memiliki makna filosofi yang sampai saat ini dipercayai masih mempunyai kekuatan magis saat digunakan. Salah satunya yaitu batik klasik motif yuyu sekandang.

Di daerah Surakarta, batik motif yuyu sekandang biasanya digunakan untuk upacara tingkeban atau mitoni. Acara mitoni diadakan untuk wanita yang sedang mengandung 7 (tujuh) bulan. Dalam tradisi ini, masyarakat Jawa (terutama   Surakarta) memakai 7 (tujuh) macam motif batik yang berbeda dan salah satunya adalah kain batik bermotif yuyu sekandang, dengan makna agar pada saat melahirkan nanti semudah orang berganti busana (prucat-prucut). Penggunaan motif ini juga sebagai lambang harapan agar si anak yang masih di dalam kandungan kelak dikaruniai rejeki berlimpah, mempunyai banyak anak seperti yuyu (kepiting).

(www.fitinline.com)

euforia nasionalisme

0

Nama : Bachremi Fananda

NPM   : 31412328

Kelas  : 2ID02

Perhelatan akbar sepak bola se-asia tenggara atau Piala AFF tengah digelar, dan Indonesia selaku tuan rumah bersama (Vietnam) mampu menembus babak final. Setelah sekian lama timnas kita kehilangan taringnya kini mulai bangkit kembali. Dukungan demi dukungan dari jutaan rakyat mulai diserukan, mulai dari rakyat jelata hingga presiden. Banyak orang yang mulanya tidak paham dan cuek dengan sepakbola mulai ikut ‘nimbrung’ menyemangati timnas Indonesia. Banyak media yang berlomba lomba menjadi penayang dan wawancara paling ekslusif , media lain yang tidak punya label olahraga atau berita aktual (infotaiment) juga ikut ‘urun’ dalam hal penayangan, mulai dari yang berhubungan dengan sepak bola sampai yang tidak ada hubunganya pun disajikan (mungkin pertanyaan semacam ini : “Pemain timnas kalau boker dimana?’). Jangan tanya dengan para wanita, Irfan Bachdim lah yang menghipnotis mereka untuk terjun menjadi suporter timnas Indonesia. Lalu bagaimana dengan politikus? Tentu ini momen yang tepat bagi mereka untuk memperlihatkan citra mereka, berhubung ketua PSSI adalah orang Golkar, maka yang punya kesempatan dan berpeluang besar memanfaatkan momen ini adalah partai berlogo bringin ini. Mulai dari jamuan sarapan, hadiah tanah, serta klaim penurunan tiket.

Euforia sepakbola ini tak hanya sebatas bertambahnya penngemar sepakbola di tanah air tapi juga meningkatnya rasa persatuan serta menumbuhkan sikap nasionalis di hati masing – masing individu. Tim Nasional memang berjuang untuk mengharumkan nama Indonesia di level asia tenggara. Semangat nasionalisme pun mulai diusung, entah siapa yang meemulai, tapi semangat itu tak hanya sekedar menjadi pelengkap di perhelatan sebak bola se-Asia Tenggara ini. Warna merah putih seperti menjadi warna wajib di area Stadion Utama Gelora Bung Karno, bahkan sampai di tempat – tempat masyarakat melakukan nonton bareng. Mereka berbondong bondong mengenakan pakaian timnas, mengibarkan bendera merah putih untuk mendukung tim kesayangan masyarakat Indonesia untuk berjuang. Lagu Indonesia Raya pun membahana diseluruh Nusantara, Garuda lengkap dengan lambang pancasilanya tidak lagi lambang yang asing bagi masyarakat Indonesia. Nasionalisme mereka bangkit, bahkan terlihat menggelora. Masyarakat semakin cinta dan bangga dengan tanah air dan bangsanya. Bahkan sebagian dari mereka tak segan menuding rekannya sendiri tidak nasionalis apabila mendukung tim lain atau tidak menonton pertandingan ini.

Sepakbola memang mampu menyatukan seluruh elemen masyarakat dari berbagai kasta, menumbuhkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme secara instan. Namun, apa yang terjadi setelah Piala AFF ini berakhir? Masihkah persatuan dan kesatuan yang tercipta mampu terjaga, rasa nasionalisme mampu terjaga dengan kuat? Masyarakat kembali dengan rutinitas kesehariannya, euforia sepakbola memudar dan bukan tak mungkin rasa nasionalisme juga ikut memudar. Para pecinta sepakbola kembali mendukung klub kesayangnya dikota masing – masing yang identik dengan kerusuhan dan anrkisme. Sikap Naionalisme juga hanya menjadi euforia semata, semangat yang seharusnya dijunjung tinggi dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari hilang entah kemana. Seperti papatah jawa, ‘anget –anget tahi ayam’. Semangat ini masih hanya sebatas cover, yang notabanenya bisa diubah – ubah kapan saja, belum mendarah daging pada masyarakat kita seutuhnya. Rasa hormat kita pada merah putih dan indonesia raya hanya kita taruh pada saat upacara saja, tanpa memahami semangat dan pesan perjuangan yang ada. Selepas itu hanya menjadi atribut pelengkap negara. Masyarakat mungkin lebih memilih menyanyi lagu – lagu yang sedang populer di televisi daripada menyanyikan atau bahkan bersenandung lagu – lagu nasional.

Marilah kita tumbuhkan rasa nasionalisme, cinta tanah air, dan menjaga persatuan dan kesatuan kita tanpa menunggu adanya event. Dengan membawa semngat nasionalime dan perjuangan, serta merah putih di hati kita, berjuang untuk rakyat miskin yang telah di dzalimi penguasa korup, karena memang kita masih dijajah. Kita mungkin marah lambang negara kita dihina atau dijatuhkan,tapi kita seharusnya lebih marah ketika saudara kita yng dijatuhkan dan ditindas. Kemerdekaan dan nasionalisme bukan sekaedar simbol, mari kita resapi dan rasakan kebenarannya secara hakiki. Hentikan euforia ini dan mari berjuang secara nyata.

(kompasiana.com)